-->
  • Jelajahi

    Copyright © IDN INFO
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Iklan

    Meningkatnya Ketakutan Akan Terjadinya Perang Nuklir: Putin Mengirimkan Rudal Hipersonik Baru ke Samudera Atlantik

    03/03/2023, Jumat, Maret 03, 2023 WIB Last Updated 2023-03-03T03:14:00Z

     

    Meningkatnya Ketakutan Akan Terjadinya Perang Nuklir: Putin Mengirimkan Rudal Hipersonik Baru ke Samudera Atlantik
    Ilustrasi ledakan nuklir 

    IdnInfo - Ketakutan akan terjadinya perang nuklir semakin terasa nyata. Baru-baru ini, Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan akan mengirimkan rudal jelajah hipersonik baru ke Samudera Atlantik.


    Dalam pidato kenegaraannya beberapa waktu lalu, Putin menegaskan bahwa ia tidak akan menyerah di "tanah sejarah" Ukraina. Ia menyalahkan Barat atas terjadinya perang tersebut.


    Yang terbaru, Putin telah keluar dari perjanjian nuklir New START yang membatasi pengembangan senjata nuklir bersama Amerika Serikat (AS). Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang nuklir.


    Keputusan mundurnya Rusia disetujui oleh parlemen negara tersebut sehari setelahnya. Ketua Duma Rusia, Vyacheslav Volodin, menuduh AS sebagai penyebab di balik keputusan Putin untuk menangguhkan partisipasi Moskow dalam perjanjian nuklir New START.


    Dalam pidatonya yang terbaru pada hari Kamis, Putin kembali memberikan sinyal tentang senjata nuklir. Ia mengatakan bahwa Rusia akan terus melengkapi angkatan bersenjatanya dengan peralatan canggih.


    Putin merujuk pada rudal nuklir yang berbasis di darat, laut, dan udara, yang dikenal dengan triad nuklir, dan mengatakan bahwa Rusia akan terus memperkuatnya. Putin juga menyatakan bahwa rudal balistik antarbenua Sarmat akan dikerahkan pertama kali tahun ini. Sarmat adalah senjata yang disebut sebagai "setan" karena dapat membawa banyak hulu ledak nuklir.


    "Kami akan melanjutkan produksi massal sistem Kinzhal hipersonik berbasis udara dan akan memulai pasokan massal rudal hipersonik Zirkon berbasis laut," kata Putin.


    Risiko Perlombaan Senjata, Seret China-India-Pakistan, Keputusan Putin untuk menangguhkan perjanjian tersebut dinilai berbahaya oleh para pengamat. Hal ini berpotensi meningkatkan risiko perlombaan senjata baru di tengah perang di Ukraina yang sedang terjadi.


    Masa depan diprediksi tidak stabil dan dapat berubah sewaktu-waktu. Hal tersebut dapat memicu negara-negara seperti China, India, dan Pakistan untuk meningkatkan persenjataan nuklir mereka.


    Menurut William Alberque, Direktur Strategi, Teknologi, dan Pengendalian Senjata di Institut Internasional untuk Studi Strategis yang dilansir oleh Reuters, "Perjanjian tersebut sebelumnya membatasi jumlah hulu ledak per rudal yang dapat disebarkan oleh kedua belah pihak untuk mencegah kemungkinan kehancuran akibat peningkatan jumlah hulu ledak. Namun, kini kedua belah pihak dapat dengan mudah meningkatkan jumlah hulu ledak strategis dari 1.550 menjadi 4.000 dalam semalam."


    Putin Umumkan Bekukan Perjanjian Pembatasan Senjata Nuklir Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengumumkan mundurnya Rusia dari perjanjian nuklir dunia, New START (Strategic Arms Reduction Treaty) yang dibuat pada tahun 2010. Perjanjian tersebut sebelumnya berhasil mengurangi jumlah senjata nuklir antara Rusia dan Amerika Serikat (AS) yang bernama lengkap Measures for the Further Reduction and Limitation of Strategic Offensive Arms.


    Dalam pidato kenegaraannya pada Selasa, Putin menyatakan bahwa Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian tersebut. Keputusan ini diambil di tengah kunjungan Presiden AS, Joe Biden, ke Kyiv dan dalam situasi perang antara Rusia dan Ukraina yang telah berlangsung selama setahun.


    Putin menegaskan bahwa keputusan ini merupakan tindakan yang tidak diinginkan. Ia juga menyatakan bahwa Rusia hanya akan melanjutkan pembicaraan setelah senjata nuklir Prancis dan Inggris juga diikutsertakan


    Pesan Putin untuk Jokowi, Dalam wawancara dengan Gubernur Lemhannas RI, Andi Widjajanto, dengan media massa, terungkap bahwa Putin memberikan pesan untuk disampaikan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait kapan perang nuklir dimulai.


    "Saat saya bertemu dengan Putin, saya memperkenalkan diri. Kalimat pertama Putin adalah 'Tolong sampaikan ke Presiden Jokowi bahwa Rusia tidak mempertimbangkan menggunakan senjata nuklir'," ujar Andi


    "Kalimat keduanya, 'Tapi jika ada serangan udara ke wilayah Rusia, kami mempertimbangkan menggunakan senjata nuklir'," lanjutnya menceritakan pertemuannya pada tahun 2022 lalu.


    Andi mengaku khawatir dengan pesan yang disampaikan Putin. Dalam kajian strategis, retaliasi nuklir biasanya hanya dilakukan jika terjadi serangan nuklir. Namun, Putin mengatakan bahwa retaliasi nuklir dapat terjadi jika serangan udara terjadi. Pertanyaannya kemudian, serangan udara yang disebut Putin mengarah ke wilayah Rusia yang mana atau wilayah di Ukraina yang sekarang sudah dikuasai Rusia.


    "Lalu setelah itu, Ukraina meminta bantuan dengan pesawat F-16, bahkan sampai ke F-35. Begitu F-16 dan F-35 digelar, dan melakukan serangan ke wilayah Rusia, Putin mengatakan bahwa dia akan mempertimbangkan serangan nuklir," katanya.


    "Titik seperti ini terakhir kali terjadi pada krisis misil Kuba tahun 1962. Saat itu, dunia benar-benar siap dengan perang nuklir. Kita sangat dekat dengan situasi yang sama," tambahnya.


    Dimulainya Perang Dingin Jilid 2 Hal yang sama juga dikatakan oleh post-doctoral fellow di Proyek Nuklir Oslo, James Cameron. Ia mengatakan bahwa jika New START ditinggalkan, itu akan menandai dimulainya Perang Dingin Jilid 2.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +